Megapolitan di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan, adalah pusat pertumbuhan ekonomi dan populasi yang pesat. Namun, pertumbuhan ini juga membawa serangkaian tantangan unik bagi kesehatan gigi masyarakat. Kepadatan penduduk, gaya hidup modern yang serba cepat, masalah aksesibilitas, hingga dampak polusi, semuanya berkontribusi pada kompleksitas isu kesehatan gigi di perkotaan. Menyadari hal ini, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) telah merumuskan strategi khusus “Urban Oral Health“ untuk secara efektif menangani tantangan kesehatan gigi di megapolitan Indonesia.
Tantangan utama di megapolitan seringkali meliputi:
- Prevalensi penyakit gigi: Gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi makanan tinggi gula, kurangnya perhatian pada kebersihan mulut karena kesibukan) dapat meningkatkan risiko karies dan penyakit periodontal.
- Aksesibilitas dan pemerataan layanan: Meskipun fasilitas kesehatan berlimpah, kemacetan lalu lintas, biaya transportasi, atau kesenjangan sosial ekonomi dapat menghambat akses masyarakat ke klinik gigi.
- Stres dan Bruxism: Tekanan hidup di perkotaan dapat memicu kondisi seperti bruxism (kebiasaan menggertakkan gigi) yang merusak struktur gigi.
- Polusi: Kualitas udara dan air di perkotaan tertentu juga dapat memiliki dampak tidak langsung pada kesehatan mulut.
Menghadapi tantangan ini, PDGI mengambil pendekatan multi-pronged:
Pertama, penguatan program preventif dan promotif yang inovatif. PDGI tidak hanya fokus pada penyuluhan tradisional, tetapi juga memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk menyebarkan informasi kesehatan gigi yang relevan dengan gaya hidup perkotaan. Kampanye kesadaran akan pentingnya sikat gigi rutin, penggunaan dental floss, dan pola makan sehat disesuaikan agar mudah diakses dan menarik bagi penduduk kota yang sibuk.
Kedua, optimalisasi pemanfaatan teknologi untuk efisiensi layanan. Dalam konteks Urban Oral Health, PDGI mendorong penggunaan tele-kedokteran gigi untuk konsultasi awal yang memangkas waktu dan biaya perjalanan. Sistem janji temu daring dan manajemen antrean yang efisien juga diterapkan untuk mengurangi waktu tunggu pasien di klinik, sesuai dengan tuntutan gaya hidup perkotaan.
Ketiga, advokasi untuk integrasi kesehatan gigi dalam kebijakan kota cerdas (smart city). PDGI berupaya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan bahwa perencanaan kota mencakup aspek kesehatan gigi, seperti penyediaan air berfluorida yang aman, aksesibilitas transportasi publik ke fasilitas kesehatan, dan program kesehatan di lingkungan kerja dan sekolah.
Keempat, peningkatan ketersediaan dan kualitas layanan gigi spesialis. Dengan kompleksitas masalah kesehatan gigi di perkotaan, kebutuhan akan dokter gigi spesialis (misalnya ortodontis, periodontis, atau prostodontis) juga meningkat. PDGI mendukung pengembangan pendidikan dan pelatihan spesialis untuk memenuhi permintaan ini.
Melalui strategi “Urban Oral Health”, PDGI tidak hanya mengatasi masalah kesehatan gigi yang ada di megapolitan, tetapi juga berinvestasi pada pembentukan masyarakat kota yang lebih sehat dan berdaya. Ini adalah bukti komitmen PDGI untuk memastikan bahwa setiap senyum di perkotaan Indonesia, sepadat dan secepat apa pun kehidupannya, tetap terjaga kesehatannya.